siaran pers SKK Migas – PT CPI dukung upaya kurangi kerentanan hidup gajah sumatra

sistem agroforestri diluncurkan di bengkalis

Bengkalis, 16 Juli 2021 – Rimba Satwa Foundation (RSF) yang didukung SKK Migas - PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) merintis penerapan sistem agroforestri ramah gajah di Kabupaten Bengkalis, Riau. Sistem ini diharapkan menjadi salah satu solusi mitigasi konflik gajah dan manusia dengan cara memilih jenis tanaman agroforestri yang tidak disukai gajah namun tetap bernilai manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Proposed Map of the Elephant - Human Space in Balai Raja Village and Pinggir Village

Kepala BBKSDA Riau Ir. Suharyono SH, MSi. (kelima dari kanan) bersama para pemangku kepentingan terkait seusai penandatanganan “Peta Usulan Ruang Gajah - Manusia di Desa Balai Raja dan Desa Pinggir” dalam sebuah acara di Desa Balai Raja, Pinggir, pada Jumat (16/7). Program ini didukung SKK Migas – PT CPI.

“Inisiatif ini adalah bentuk inovasi dalam penanganan konflik gajah dan manusia, sekaligus mendukung kami dalam upaya mendorong koeksistensi gajah dan  manusia sesuai arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Inisiatif ini juga menyentuh masyarakat karena berkaitan dengan peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Ir. Suharyono SH, MSi. dalam acara peluncuran ”Agroforestri di Ruang Jelajah Gajah Balai Raja” yang berlangsung di halaman kantor salah satu perusahaan kontraktor migas di Desa Balairaja, Kecamatan Pinggir, pada Jumat (16/7).

Acara berlangsung semi virtual yang diikuti oleh, antara lain, Kasie Perlindungan, KSDAE, dan Pemberdayaan Masyarakat KPH Mandau Pahrurrozi, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus, dan GM Government Affairs PT CPI Fandi Bangsawan.

Dalam acara tersebut, sejumlah pemangku kepentingan menandatangani kesepakatan “Peta Usulan Ruang Gajah - Manusia di Desa Balai Raja dan Desa Pinggir”. Peta tersebut merupakan hasil workshop partisipatif pada April 2021 lalu yang melibatkan masyarakat dari kedua desa tersebut. Sebagai pelopor, sebanyak 14 warga bersedia lahan mereka dijadikan lahan agroforestri Total lahannya seluas 21 hektar. Warga tersebut juga mendapatkan bibit tanaman kopi, jengkol, petai, alpukat, dan gaharu.

“Dukungan dari SKK Migas dan PT CPI diharapkan dapat bersinergi dengan upaya konservasi satwa liar, terutama yang berdekatan dengan area kerja kami. Program konservasi gajah tahun ini memfokuskan pada pemulihan habitat gajah Sumatra dan memitigasi konflik gajah dan manusia,” kata Fandi Bangsawan dalam sambutannya.

Melalui program pengembangan masyarakat SKK Migas dan PT CPI di bidang lingkungan, kegiatan tahun 2021 ini dilaksanakan melalui pendanaan cost recovery dan bekerja sama langsung dengan Rimba Satwa Foundation (RSF) yang didukung oleh BBKSDA Riau.

Pada tahun lalu, SKK Migas - PT CPI bekerja sama dengan Perkumpulan Gajah Indonesia (PGI) dan RSF menyerahkan bantuan berupa GPS Collar dan camera trap untuk memantau pergerakan kawanan gajah di Balai Raja dan Giam Siak Kecil. Selain itu, kegiatan yang dilaksanakan berupa smart patrol dan pembinaan habitat di Hutan Talang.

Program tersebut mampu mengurangi ancaman secara signifikan terhadap populasi Gajah Sumatra sesuai arahan Rencana Aksi Mendesak tahun 2020 - 2023 yang diterbitkan oleh KLHK.sehingga konflik antara gajah dan manusia dapat dihindarkan. Program ini didukung oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) – KLHK dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA) Riau.

Penerapan sistem agroforestri diharapkan dapat meminimalisasi konflik gajah dan manusia yang dipicu masalah kerusakan tanaman dan kerugian masyarakat. Selain daftar tanaman di atas, jenis tanaman lainnya yang tidak disukai gajah namun tetap bernilai manfaat ekonomi bagi masyarakat adalah kakao, kemiri, cabe, nilam, durian, dan lemon.

Gajah Sumatra merupakan salah satu satwa dilindungi di Indonesia. Pada 2021, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengkategorikannya sebagai satwa yang sangat terancam punah, salah satu penyebabnya adalah konflik antara gajah dan manusia. Peningkatan penggunaan lahan dan pertumbuhan populasi manusia mengakibatkan maraknya konversi lahan di wilayah yang menjadi habitat gajah, termasuk di Riau. Berbagai upaya memitigasi konflik antara gajah dan manusia telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, perusahaan  maupun perguruan tinggi di Riau.

Direktur RSF Zulhusni Syukri mengatakan dalam presentasinya, ”Sistem agroforestri merupakan hal yang baru termasuk bagi kami. Tapi, ini menjadi salah satu alternatif yang sudah diperhitungkan agar masyarakat lebih menerima gajah karena sistem ini dapat mengurangi tingkat kerugian masyarakat”.